Belakangan, tren ‘menstrual masking’ menjadi perbincangan panas di media sosial. Praktik ini melibatkan penggunaan darah haid sendiri sebagai masker wajah. Sebagian orang menganggapnya sebagai langkah alami untuk kecantikan, namun pakar kesehatan menyoroti potensi risiko bagi kulit dan kesehatan.
Menstrual masking adalah tren di mana wanita menggunakan darah menstruasi sebagai masker wajah. Konon, kandungan zat besi, protein, dan hormon dalam darah dipercaya dapat membantu mencerahkan kulit, mengurangi jerawat, atau menutrisi wajah secara alami.
Tren ini banyak dibagikan melalui TikTok, Instagram, dan forum kecantikan online. Banyak influencer kecantikan muda mencoba dan mempromosikan praktik ini sebagai “alami” dan “organik”.
Pendukung tren ini berargumen bahwa darah menstruasi mengandung nutrisi yang baik untuk kulit. Protein dan zat besi disebut-sebut bisa membantu regenerasi sel dan meningkatkan kesehatan kulit.
Sebagian orang tertarik pada praktik ini karena ingin menjauh dari bahan kimia di produk kecantikan. Mereka menganggap “masker darah sendiri” lebih aman dan alami dibanding produk komersial.
Banyak pengguna media sosial mencoba tren ini sebagai bentuk “challenge” atau konten viral. Popularitasnya mendorong lebih banyak orang untuk ikut mencobanya.
Pakar kesehatan kulit menekankan bahwa darah dapat membawa bakteri atau virus, termasuk yang menyebabkan infeksi kulit. Mengaplikasikan darah mentah ke wajah bisa meningkatkan risiko iritasi, jerawat, atau infeksi kulit.
Hingga saat ini, belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan manfaat kecantikan dari penggunaan darah menstruasi. Efek positif yang diklaim sebagian orang lebih bersifat anecdotal.
Kulit seseorang bisa bereaksi negatif terhadap darah sendiri, terutama bagi yang memiliki kulit sensitif. Reaksi bisa berupa kemerahan, gatal, atau peradangan.
Dr. Anita Santoso, dermatologis di Jakarta, mengatakan, “Praktik menstrual masking bisa terdengar unik dan alami, tapi secara medis tidak direkomendasikan. Ada risiko infeksi dan iritasi yang cukup tinggi.”
Sebagai alternatif, pakar merekomendasikan masker wajah berbahan alami lain yang lebih aman, seperti madu, lidah buaya, atau yoghurt.
Tren menstrual masking memang menarik perhatian publik karena konsepnya yang “alami” dan viral di media sosial. Namun, pakar menekankan bahwa praktik ini berisiko bagi kesehatan kulit dan belum terbukti secara ilmiah. Jika ingin mencoba masker alami, pilih bahan yang aman dan terbukti efektif untuk kulit.
Gaya Hidup Digital Gaya Hidup Digital Memasuki tahun 2025, Gen-Z menunjukkan pola hidup digital yang…
Latar Belakang Gerakan 17+8 Gerakan 17+8 muncul sebagai respons terhadap berbagai isu sosial, ekonomi, dan…